Wednesday 16 January 2013

Analisis Semiotika (Barthes) pada Film Je vais bien ne t'en fais pas


Oleh : Anna Rakhmawati
0911130018

salah satu scene dalam Film "je vais bien ne t'en fais pas"

Analisis semiotika Tahap pertama : signifikasi primer (denotasi)
Dalam adegan ini, setting tempat yang digunakan adalah dapur. Dapur ini berdinding keramik bermotif yang terkesan manis dan terawat. Dapur tersebut juga dilengkapi dengan rak – rak di atas yang bagus dan rapi. Benda – benda keperluan memasak yang terdapat di rak tersebut juga cukup lengkap. Di dapur tersebut tampak seorang wanita yang berperan sebagai seorang ibu sedang membersihkan piring – piring di tempat pencucian piring setelah selesai digunakan untuk makan. Kostum yang digunakan si ibu tersebut adalah baju warna merah dan rambutnya bergelombang berwarna keemasan dikuncir ke belakang. Dilihat dari raut wajahnya, ibu tersebut terlihat tenang. Tampak sekelebat gambar seorang laki – laki berbaju warna biru meninggalkan wanita tersebut. Dalam film, lelaki tersebut adalah suami wanita itu. Ia berjalan pergi dari dapur  setelah menyerahkan piring kotornya pada istrinya. 

Analisis semiotika tahap kedua : signifikasi sekunder (konotasi)
Setting dapur biasanya menjadi satu dengan ruang makan. Ruang makan merepresentasikan tempat berkumpulnya keluarga untuk makan sambil berbincang – bincang. Jenis dapur yang terlihat dalam adegan tersebut merepresentasikan dapur yang dimiliki oleh sebuah keluarga yang cukup berada karena memiliki peralatan dapur dan bahan – bahan memasak yang cukup banyak. Dapur yang bersih juga menunjukkan bahwa suasana hati si pemiliknya sedang stabil dan si pemilik memiliki sifat yang rajin. Dekorasi dengan motif – motif seperti itu menunjukkan bahwa keluarga ini walaupun sederhana namun tetap terlihat artistik. Sosok wanita dalam gambar tersebut memiliki sifat yang sabar, keibuan dan lembut karena ia adalah sosok ibu rumah tangga yang baik, sering bekerja di dapur, menyambut suaminya pulang dari kantor dan selalu pergi bersama – sama suaminya saat menjemput putrinya maupun saat memeriksakan putrinya yang sakit. Tanda yang menunjukkan karakternya adalah pada saat ia mengambil piring kotor dari suaminya kemudian membersihkannya. Sebagai istri yang baik ia melayani kebutuhan suaminya dan tidak membiarkan suaminya membersihkan piring kotor sendiri sehingga tampak gambar bayangan suaminya yang pergi ke luar dari frame. Dalam hal ini, telah menjadi suatu kesamaan nilai universal bahwa seorang istri yang ideal melakukan tugasnya di dapur tanpa diminta. Pemakaian baju warna merah juga pasti memiliki makna. Merah dapat dimaknai dengan sikap tegar dan berani. Hal ini menggambarkan keadaan psikis si wanita yang tampak ingin terlihat tegar di depan anak gadisnya meski hatinya kalut karena ia telah kehilangan anak laki - lakinya.
Nilai kultural yang disampaikan dalam adegan ini yakni antara di Prancis dan di Indonesia memiliki persamaan, antara lain bahwa ruang makan biasanya juga menjadi satu ruangan dengan dapur dan di ruang makan tersebut biasanya digunakan sebagai tempat berbincang – bincang keluarga. Selain itu, nilai peranan istri dalam keluarga juga memiliki kesamaan antara budaya Prancis dan Indonesia, yakni sebagai istri yang melayani suaminya dan sebagai ibu yang mengatur segala kebutuhan keluarganya yang selalu digambarkan sebagai wanita yang aktif di dapur.

*sebagai ujian tengah semester kajian sinema prancis semester 7

2 comments:

  1. hohoho.. seru nih filmnya kayaknya ....

    wahh. sudah semester 7 ya mbak? semoga sukses ya

    ReplyDelete
  2. iyaaa..tp aku baru lihat seilas, eh itu gambarnya kok nggak muncul yaa..aneh.
    iyaa bentar lg skripsi.Amiin. sukses jugaa ya buat kamu :)

    ReplyDelete