Wednesday 26 December 2012

Februari Ceria di Pulau Lombok (9 - 15 Februari 2011) Part II

Part II
Hari ke-4 : 12 Februari 2011 Go to Gili Trawangan Island
Hari ini matahari bersinar sangat cerah. Secerah semangat kami untuk menuju tempat yang menjadi tujuan kami selanjutnya : Gili Trawangan.  Excited ! menjadi sebuah sensasi tersendiri ketika kami akan mengunjungi sebuah tempat baru.


suasana di atas mobil pick up
 
Dengan menggunakan mobil pick up kami meluncur ke pelabuhan tempat kapal yang akan mengantar kami ke Gili Trawangan. Di atas pick up kami bernyanyi, bercanda, sambil melihat – lihat pemandangan alam sekitar, apalagi ketika kami melewati hutan dan sebuah pantai yang indah. Pantai Malimbu. Mata kami benar – benar dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah dan natural, serta hidung kami dimanjakan dengan udara yang sangat bersih. namun sayang cuaca cukup mendung saat itu.

Gili trawangan merupakan salah satu dari 3 pulau kecil di sebelah barat laut Pulau Lombok. Selain Gili Trawangan ada juga Gili Air dan Gili Meno. Gili Trawangan merupakan salah satu destinasi yang paling digemari oleh para wisatawan mancanegara. Tak disangka saat itu kami bertemu dengan 2 orang turis yang berasal dari Prancis yang ternyata adalah sepasang suami istri yang sedang bulan madu, sehingga kami dapat sekaligus mempraktekkan bahasa yang kami pelajari. Kami pun naik di kapal yang sama dengannya.

Gili sendiri memiliki arti Pulau. Perjalanan laut kami menaiki kapal kecil ini tak berlangsung lama, kalau tidak salah sekitar 1-2 jam. Beruntung cuaca cerah dan laut cukup tenang. Sesampainya di Gili Trawangan kami terpesona pada pemandangan yang ditawarkan oleh pulau yang memiliki panjang 3 km dan lebar 2 km ini, kami seakan – akan berada di sebuah pulau di kawasan Eropa atau Amerika. Bagaimana tidak? Pulau ini dipenuhi dengan wisatawan asing kulit putih yang ingin membuat kulitnya berwarna coklat. :D


selamat datang di gili trawangan
 

pantai gili trawangan
 
Di Gili trawangan kami menginap di sebuah cottage milik teman ayah Pradhita sehingga kami mendapat harga yang cukup terjangkau untuk 2 hari 1 malam. Cottage bernama “turtle” ini memiliki desain yang unik. Bangunannya seperti rumah sasak dengan ijuk sebagai hiasan atapnya.  Cottage ini hanya terdiri dari sebuah kamar dan sebuah kamar mandi yang berada di luar kamar dan tidak ada atapnya. O-ow! Hahaha.

Kegiatan kami setelah beristirahat sebentar adalah snorkeling! Yihaaaaa! This is my first time doing this. Dengan menyewa 2 pasang life jacket dan snorkel, kami pun bergantian snorkeling. Pengalaman pertama selalu bikin deg-degan. Menyenangkan sekali bisa melihat terumbu di karang di bawah perairan laut Gili Trawangan. Terumbu karang tersebut harus benar – benar dijaga kelestariannya agar anak cucu kita di masa mendatang juga dapat menikmati keindahannya.


snorkling

Tak jauh dari penginapan kami, juga terdapat penangkaran penyu. Banyak telur – telur penyu serta anak – anak penyu di sana yang memang dijaga untuk dikembangbiakkan.  Anak – anak penyu itu diletakkan di kotak – kotak kaca yang diberi air. Lucu sekali.

anak - anak penyu

Sore harinya, kami menyewa sepeda untuk berkeliling pulau. Kendaraan yang diperbolehkan beroperasi di sana hanya sepeda dan cidomo (sebutan untuk dokar/andong) khas Lombok. Kami melintasi pesisir pantai untuk dapat menikmati matahari terbenam di ujung pulau dekat kawasan hutan. Selama perjalanan bersepeda kami bernyanyi – nyanyi, bahkan beberapa turis prancis di jalan yang mendengar nyanyian kami pun ikut tersenyum dan saling menyapa (saat itu kami menyanyikan “aux champs elysees”).


bersepeda sore hari

Kami beruntung sekali saat itu langit cerah sehingga kami dapat menikmati sunset yang indah tersebut.


senja di pantai gili trawangan
 
Subhanallah…le crepuscule etait pittoresque! ^^ Tak heran banyak sekali wisatawan yang berlomba – lomba mengabadikan moment berharga tersebut dengan kameranya. Sejenak aku terdiam memandangi pertunjukan alam tersebut sambil memainkan imajinasiku. Hmmm…..

Gelap mulai turun, kami pun kembali ke penginapan untuk sholat maghrib. Pesan ibu sebelum berangkat selalu terngiang di kepalaku, meski liburan ke mana pun kami pergi, untuk tidak lupa menunaikan kewajiban. Sebagai wujud syukur, karenaNya lah juga kami dapat menikmati keindahan alam ciptaanNya.

Selama perjalanan menuju penginapan, kami melewati deretan pepohonan hutan yang sudah gelap. Kemudian kami melewati deretan pesisir yang sangat indah di malam hari. Ada sebuah pohon besar yang dihiasi lampu warna – warni, restoran di tepi pantai yang didesain khusus : sangat romantis ! Aneka macam penginapan, mulai cottage, bungalow, hotel sampai villa, aneka macam restoran, cafe, dan bar, tempat penyewaan peralatan menyelam, galeri lukisan dan tatoo, kedai suvenir sampai toko buku pun ada. Ini adalah hal khusus yang aku tandai, sangat kontras dengan kebiasaan kita di sini adalah bahwa wisatawan asing meski sedang berlibur tidak pernah lupa untuk membaca buku atau novel. Bahkan aku menjumpai beberapa gadis dan lelaki blonde yang berbahasa spanyol masih membaca novel tebal dalam perjalanan di kapal. Minat baca mereka yang tinggi itu pantaslah kita tiru ^^

Oh ya selain tempat – tempat tersebut, di jalanan yang agak menjorok ke bagian tengah pulau, juga terdapat pemukiman penduduk lokal lho.. mereka kebanyakan bermata pencaharian sebagai pedagang, nelayan, atau bekerja di resort. Tak lupa di sana juga ada sebuah masjid dan rumah sakit.
Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan di sini, antara lain : snorkeling, diving, surfing, bersepeda, berenang, memancing, berkuda, dll. Ada juga lho menyelam bersama hiu.

Setelah dari penginapan, kami melanjutkan kembali mengeksplor suasana malam Gili Trawangan. Kami pun mencoba untuk berhenti di sebuah restoran di tepi pantai dan kami hanya memesan salad buah dan beberapa gelas jus buah. Rasanya harga makanan di sana sangat tidak bersahabat dengan kantong kami yang ala backpacker ini. Hehehe.

suasana malam di gili trawangan


pohon cahaya :)

Malam semakin larut namun suasana di sana semakin ramai dan heboh. Bar – bar dipenuhi oleh turis asing yang sedang menonton pertandingan sepak bola. Lalu kami berhenti di sebuah gazebo yang didesai khusus untuk pasangan yang sedang berbulan madu. Sepertinya mereka baru saja makan malam romantis di sana. Bahkan mereka mengabadikan kenangan mereka di pasir pantai seperti ini :

le diner romantic

Hmmmmm……. Lagi – lagi, imajinasi di kepalaku bermain – main membayangkan makan malam di sini bersamaaaaa……. Ah sudahlah. Sudah cukup sepertinya untuk tidak memperpanjang perasaan itu.

Angin pantai bertiup semilir, bintang – bintang di atas sana berkerlap – kerlip indah dan tak terhalang oleh awan mendung. Aku mulai lelah, namun tidak dengan sahabat – sahabatku yang masih saja ingin terus mengeksplor eksotisme pulai ini. Kulihat jam sudah lewat dini hari. Aku pun mulai merajuk untuk segera kembali ke penginapan. Rasanya penat sekali, sungguh!
Akhirnya kami pun kembali ke penginapan dan tidur. Beberapa saat setelah kami memejamkan mata, entah sudah berapa lama aku tak menyadarinya, sebuah suara membangunkanku. Suara hujan dan angin! Badai! Seketika rasa takut pun menjalariku. Saat itu kulihat jam menunjukkan pukul 3 pagi. Suara botol – botol plastik berjatuhan di kamar mandi di belakang penginapan serta suara pintu yang terguncang angin semakin menambah debar jantungku. Ya Tuhan..aku sangat takut, apalagi posisi kami adalah di sebuah pulau kecil di tengah lautan, kalau tenggelam terkena badai bagaimana, kalau hancur terkena tsunami bagaimana, ah beginilah kecemasan anak kota yang tidak pernah tinggal di pantai sebelumnya. Setelah berdoa dan menenangkan diri akhirnya aku bisa tertidur lagi dan bangun keesokan paginya dengan selamat.


Hari ke-5  : 13 Februari 2011 – Back to Lombok Island

Bonjour Gili Trawangan
Matahari bersinar terang dan langit tampak biru cerah. Pagi yang damai seakan tak ada sisa – sisa badai yang terjadi semalam. Beginikah Gili Trawangan menyimpan misterinya ? Benar – benar takjub ku dibuatnya. Akhirnya pagi itu sebelum kami harus meninggalkan pulau ini, kami sarapan terlebih dahulu. Aku memesan pancake nanas. Hmm…tampaknya lidahku kurang bersahabat dengan nanas, aku pun tak menghabiskan sarapanku itu.


sebelum kembali ke lombok
 
Setelah itu kami berkemas dan menyempatkan untuk berfoto sejenak hingga kapal boot yang akan membawa kami pulang ke Pulau Lombok tiba. Di kapal tersebut lagi – lagi aku takjub, dalam sebuah kapal boot berisi sekitar 20-an orang ini aku melihat manusia dengan berbagai ras, suku, agama, bangsa dan bahasa tumpah jadi satu dengan damai. Menoleh ke kanan, tampak orang – orang berwajah latin berbicara bahasa spanyol, ke kiri tampak orang – orang berwajah amerika berbahasa inggris, ke belakang tampak ibu – ibu pribumi Lombok berbahasa Lombok, sementara kami dari jawa dan berbiacara bahasa jawa. Benar – benar replika miniatur sosial kehidupan berbangsa bernegara tampak di atas papan kayu yang mengapung di atas lautan ini.

Tampaknya kedamaian itu tak berlangsung lama. Lautan tiba – tiba bergelombang besar. Perahu oleng dan berguncang cukup keras. Kata orang – orang ini musimnya cacing laut naik ke permukaan. Entah benar atau tidaknya cerita itu, namun cukup membuatku mual dan deg-degan. Pikiran bagaimana jika kami tenggelam selalu terngiang – ngiang. Akhirnya kami hanya mampu memanjatkan doa sesuai keyakinan kami masing – masing.

Akhirnya kami sampai di pelabuhan dengan selamat. Alhamdulillah. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan pulang dijemput dengan pick up yang mengantarkan kami kemarin. Kami kembali melewati jalanan berkelok dengan tebing di sebelah kanan dan jurang di sebelah kiri. Mirip kontur jalanan di Batu-Coban Rondo. Oke perjalanan di laut tadi ditambah dengan perjalanan darat ini total membuat mualku semakin menjadi. Alhasil selama perjalanan pulang itu aku kurang menikmati karena mual dan pusing. Bahkan ketika kami berhenti sejenak di tepi hutan yang banyak terdapat monyetnya,

hutan monyet

rasa tidak enak itu tak juga hilang. Selain itu, udara dan cuaca yang panas juga membuatku ingin cepat sampai di rumah Dhita di Mataram dan beristirahat agar esok bisa kembali menyisir sisi lain kehidupan di pulau eksotis ini lagi

Beberapa quotes Ibnu Batutah, seorang petualang asal Maroko mengingatkanku :

Traveling, it makes you lonely, then gives you a friend.”
“Traveling, it offers you a hundred roads to adventure and gives your heart wings.”
“Traveling, it leaves you speechless, then turns you into a storyteller.”
“Traveling, it captured my heart and now my heart is calling me home.”
“Traveling, it gives you a home in a thousand strange places, then leaves you a stranger in your own land.”
“Traveling, all you have to do is take the first step.”
 

Bersambung……

Tuesday 25 December 2012

Februari Ceria di Pulau Lombok (9 - 15 Februari 2011) Part I


Semua ini berawal dari sebuah perbincangan cukup serius di tengah – tengah kebosanan kelas Grammaire semester 4 bulan Januari. Saat itu aku dan teman – teman merencanakan sebuah perjalanan. Sebuah ide yang terlintas di antara kami adalah perjalanan ke Lombok. Yupz! Lombok, sebuah pulau yang indah berada di sebelah timur Bali. Ide yang cukup menarik, apalagi salah seorang sahabat kami yang bernama Wayan Windya Pradhita  berasal dari Lombok. Yes! He’ll be our guide^^. Setelah mencari informasi sana – sini serta perdebatan panjang kali lebar, akhirnya kami berangkat bertiga. Aku, Indri dan Yudhis. Dan Mas suta yang menyusul beberapa hari kemudian bersama seorang teman dari Brazil. Jadilah kami bertiga naik bis Malang  - Mataram (Titian Mas) sore itu.
Sehari sebelum keberangkatan kami, sebuah percakapan dengan seseorang membuatku kehilangan semangat. Bagaimana tidak, teman yang kusukai diam – diam itu menceritakan padaku bahwa dirinya sedang menyukai seseorang kakak kelas yang sepertinya kukenal juga. Mendadak percakapan kami yang biasanya terasa menyenangkan, kali itu terasa hampa dan ingin ku akhiri secepatnya. Rasanya sakit hati setahun yang lalu muncul kembali. Hmmm.. Maka sore itu, 9 Februari 2011, aku pergi sejenak dari kelelahan dan kehampaan udara kota kelahiranku tersebut. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya rindu rumah dan rindu kampus. Malang, aku pamit.

'Certainly, travel is more than the seeing of sights, it's a change that goes on deep and permanent in the ideas of living" (negeri van oranje)

Perjalanan Malang – Mataram ini cukup melelahkan karena perjalanan kami ini memakan waktu 24 jam. Melewati berbagai kota di sepanjang timur jawa Timur, menyeberangi 2 selat yakni selat Bali dan selat Lombok, serta melintasi Pulau Bali dengan segala keeksotisannya. Bahkan aku dan Indri  sempat hampir tertinggal bus di rumah makan di Pasir Putih gara – gara kami ke kamar mandi terlalu lama :p

Kami menyeberang selat Bali pada dini hari dan keesokan paginya, matahari Pulau Dewata menyapa kami dengan gagahnya. :) Bali, 10 Februari 2011, aku datang lagi untuk yang ke-3 kalinya, meski hanya mampir lewat saja namun cukup berkesan untuk mewarnai liburanku kali ini. Pemandangan desa – desa di Bali sangat menyejukkan mata apalagi dengan teraseringnya yang disebut dengan subak. Indah!

Setelah beberapa jam membelah daratan Bali, sampailah kami di ujung timur Pulau Bali, Pelabuhan Padang Bay. Kata seorang teman seperjalanan, kalau beruntung kami bisa menemukan lumba – lumba di perairan ini. Namun sayang kami tidak melihatnya siang itu. Meski demikian kami sangat bahagia karena kami menggunakan sebuah kapal laut yang keren untuk melewati Selat Lombok. Mulai dari deck nya sampai kamar dan toiletnya pun sangat nyaman dan modern. Perjalanan laut 4 jam dari Padang Bay ke Pelabuhan Lembar pun terasa menyenangkan meski tubuh sudah kelelahan.

Menginjakkan kaki pertama kali di Lombok, kami disuguhi pemandangan yang amboooii.. indahnya !
Kami pun melintasi kawasan pedesaan. Kontras dengan Bali yang dapat dijuluki Pulau seribu pura, Lombok dapat dikatakan pulau seribu masjid. Setibanya kami di terminal mataram, sahabat kami menjemput kami dengan mobil. Kami berkenalan dengan seorang kawan bernama Dita, yang nantinya, aku dan Indri diperbolehkan untuk menginap di rumahnya. Sedangkan Yudhis akan menginap di rumah Pradhita. Tawaran menginap di pulau orang adalah sesuatu yang sangat berharga bagi kami yang melakukan perjalanan dengan menerapkan prinsip backpacker. Tapi setidaknya kami juga tahu diri dengan membawakan oleh – oleh untuk tuan rumah.

Hari itu kami diajak untuk mencicipi kuliner khas Lombok, yakni ayam Taliwang dan sate rembige yang rasanya maknyussss!! Ayam taliwang adalah masakan ayam yang diberi bumbu berwarna merah dan rasanya cukup pedas. Ayam taliwang ini biasanya disajikan dengan plecing kangkung, semacam tumis kangkung khas Lombok. Dari 5 bintang, bolehlah ayam taliwang ini dapat 4,5 meskipun rasanya pedas menggelora^^. Selanjutnya adalah sate rembige. Sate yang terbuat dari daging sapi ini rasanya cukup manis dan berwarna merah. Enak sekali. Disajikan dengan lontong atau nasi dan juga dengan pepes ikan. Wajib dicoba deh karena kami sampai ketagihan :p


ayam taliwang
                         
menikmati sate rembige :)
Malamnya kami diajak ke pantai senggigi. Ya, menikmati deburan ombak dan angin pantai di malam hari memberikan sensasi yang tenang dan damai. Anda hanya akan menemukan kegelapan jika mengarahkan pandangan ke laut, jadi sebaiknya arahkan pandangan anda ke atas, kan Anda jumpai taburan bintang yang gemerlap. Indah.


suasana malam di senggigi

Setelah itu kami menyantap kuliner yang paling pas untuk malam hari sambil menikmati suasana melankolik malam yang ditawarkan oleh senggigi. Ya, jagung bakar. Hmmmm… menikmati jagung bakar sambil diterpa angin pantai malam hari itu sungguh pengalaman luar biasa.

Hari ke-3 : 11 Februari 2011
Agenda wisata kami hari ini adalah ke Suranadi. Suranadi yang kadang Yudhis salah menyebutnya Suradi atau Sukanadi (entah nama bapaknya siapa itu :p) adalah sebuah kolam pemandian. Kalau di Malang hampir sama dengan tempat wisata wendit, karena selain menawarkan wisata air juga menjadi habitat banyak monyet. Tapi monyet di sini baik – baik kok :D. Di dalam suranadi ini ada sebuah pendopo, kolam pemandian yang airnya dingin dan jernih, tempat bilas berupa pancuran, bangunan rumah yang tampak seperti villa dan juga sebuah taman yang asri. Di taman itu juga terdapat sebuah aliran sungai dengan beberapa pancuran yang bergemericik, membuat suasana siang semakin sejuk dan segar. Di kolam pemandian dan pancuran itu, teman – temanku asyik berenang sementara aku hanya bermain air saja karena aku malas berenang lol. Saat itu, kolam Suranadi tampak sepi. Serasa kolam renang pribadi saja.
Selesai bermain air, biasanya perut terasa keroncongan. Ya, di depan pintu masuknya, kami menemukan banyak warung. Pilihan kami jatuh pada warung yang menyediakan sate bulayak dan pecel. Sate bulayak adalah jenis sate khas Lombok yang disajikan dengan bumbu kuahnya berwarna kuning. Kuahnya memiliki rasa yang hampir sama dengan sayur lodeh di jawa. Dan memang benar bahwa kuliner khas Lombok rata – rata memiliki rasa yang pedas. Pantas saja, pulaunya saja bernama Lombok, ketika masyarakat Pulau Jawa mengurangi konsumsi Lombok (cabe), di pulau ini justru sebaliknya. Semua makanan mengandung pedas. Namun demikian bukan karena itulah pulau ini diberi nama Lombok tetapi nama Pulau Lombok ini sendiri berasal dari kata “lombo” yang berarti lurus.


di depan suranadi
                                                                 
suasana di dalam taman Suranadi

Masih di area kuliner Suranadi, kami mampir di kios oleh – oleh kuliner khas Lombok yang menjual dodol nangka, sirsat, salak, durian dll serta jelly rumput laut. Selain itu di situ juga menjual buah coklat. Ya, buah coklat adalah bahan dasar pembuatan coklat. Menurutku, rasanya sedikit aneh, antara pahit dan asam. Tidak seperti coklat hasil olahannya.


Selanjutnya perjalanan kami mengarah ke sebuah tempat yang dulunya adalah keraton kerajaan bernama Narmada.  Modelnya hampir sama dengan kompleks keraton yang kita temukan di Jogjakarta. Ada tempat kediaman keluarga raja, lalu ada kolam yang saat ini digunakan sebagai tempat pemancingan. Mungkin dulunya digunakan sebagai tempat pemandian keluarga istana. Kalau tidak salah, di sana juga terdapat suatu tempat untuk menyimpan air suci yang dipercaya sebagai air awet muda. Mungkin kalau teman – teman sempat ke Jogja, tempat ini seperti taman sari, taman air yang digunakan keluarga kerajaan untuk mandi dan beristirahat. Di sana juga terdapat sebuah pasar kecil tempat untuk membeli oleh – oleh khas Lombok, seperti kaos Lombok, tas tenun, kain tenun, pahatan dan topeng khas Lombok, gantungan kunci dan lain- lain. Saat itu hujan tiba – tiba turun dengan deras. Beruntung kami telah selesai membeli oleh – oleh dan segera berteduh untuk pulang agar esok bisa melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya. Masih banyak tempat yang menunggu untuk dikunjungi dan dieksplor ^^
                                                                                                                
Narmada


Bersambung……

Thursday 6 December 2012

Hujan Sore Hari di Bulan Desember


Bonjour decembre,

Hujan dan bulan desember adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seperti halnya recto yang tak terceraikan dengan verso. Di antara dinginnya angin yang menghembus perlahan serta rintik yang turun tertahan, ada riuh yang saling bertautan di kepala. Pikiranku dijejali berbagai hal yang membuatku lelah. Semua hal di sekitarku tak ada yang mau mengalah untuk menunggu, semua meminta perhatianku, semua meminta untuk diprioritaskan jadi nomor satu. Andaikan raga ini bisa dibelah menjadi sepuluh, kurasa akan sangat menghemat waktu. Begitulah waktu, begitu cepat ia berlalu saat kita dilanda kesibukan, begitu lambat terasa saat kita menunggu sebuah kepastian, dan begitu konstan saat pikiran kita terlepas dari beban.

Rasa lelah yang menyergap raga dan rindu yang membelenggu jiwa ini membuatku semakin enggan untuk terlalu cepat sampai di rumah. Bagiku, berjalan – jalan sore yang basah sehabis hujan adalah romantisme tersendiri, meski hanya seorang diri, tanpa seseorang spesial di samping kanan atau kiri, ya hanya aku dan diriku sendiri. Oleh karena itulah aku memilih untuk melewati jalur yang berbeda dari biasanya agar aku dapat merasakan romantisme sore bulan desember ini dengan tenang. Bunga, daun dan ranting pepohonan masih tampak basah dan segar. Seolah harapan baru telah dianugerahkan pada mereka. Titik – titik gerimis yang tipis menghapus perasaan yang miris masa lalu yang kerap mengundang tangis. Tapi tidak untuk sekarang, soreku yang harmonis.  

Aku terus melangkah dengan gontai sambil sesekali menatap langit yang dihiasi mendung seraya sesekali bersenandung lirih “ Aku selalu suka sehabis hujan di bulan desember….”

Jalanan yang kulewati cukup sepi. Hanya sesekali dilewati kendaraan bermotor. Aku senang. Serasa hanya duniaku tanpa ada yang terusik tanpa ada yang mengusik. Sendiri membuatku lebih tenang, lebih dapat berbicara dengan hatiku sendiri dan membuatku lebih bisa membaca tanda dengan intuisiku. Sepi ini kah yang kau rasa di sana? Rindu ini juga kah yang kau simpan ? Entah untuk siapa.

Ini bukan prosa puitik, bukan pula coretan rasa galau yang menggelitik, hanya ungkapan rasa apa adanya yang bukan diada-adakan. Karena hujan dengan segala romansanya membawa inspirasi untuk melukiskannya dalam bahasa yang berbeda – beda. Karena hujan dengan segala cintanya, rela jatuh sebagai berkah yang tak seharusnya disesali apalagi dicaci. Karena hujan tak pernah mengingkari pelangi, memberinya kesempatan untuk hadir bersama cahaya, meski tak lama.

“Seperti pelangi setia menunggu hujan redaaaa~”
Berharap selalu, takdirku kan bertemu dengan takdirmu, rinduku kan bertaut dengan rindumu. Menjadi Kita
:)

@061212. Dini hari yang dingin.

Desember
oleh Efek Rumah Kaca

Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi

Dibalik awan hitam

Smoga ada yang menerangi sisi gelap ini,

Menanti..

Seperti pelangi setia menunggu hujan reda

Aku selalu suka sehabis hujan dibulan desember,

Di bulan desember

Sampai nanti ketika hujan tak lagi 

Meneteskan duka meretas luka

Sampai hujan memulihkan luka

Thursday 18 October 2012

Mengapa takut berbeda?

Persamaan akan beberapa hal dengan seseorang memang membuatku senang. sama dalam hobi, passion, mimpi, kebiasaan sampai pemikiran. Sejak kecil, aku ingin sekali memiliki saudara kembar. Bodoh memang kedengarannya. Tapi aku suka sekali membayangkannya. Aku jadi nggak pernah merasa sendirian ketika membayangkannya.

Persamaan - persamaan tersebut membuat aku nyaman. Aku bisa bercerita tentang apa saja, bertukar pikiran, dan mencari solusi permasalahanku. Hal itu didukung pula dengan persamaan sifat dan sikap dalam menyelesaikan masalah. Lingkungan pertemanan dan background keluarga pun juga mempengaruhi. Entahlah.
Namun, Aku bersyukur mengenal mereka, karena seperti kutemukan kekuatan diriku yang lain dalam diri mereka. 



Aku baru menyadari, tak selamanya kita akan selalu bisa bersama dengan orang - orang yang membuat kita nyaman. Suatu saat nanti, Tuhan akan menaruh kita pada suatu lingkungan baru dengan orang - orang baru yang berbeda dengan kita, baik budaya, pemikiran, kepribadian, agama dan lain sebagainya.  Kita dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat bertahan. Tak ada yang mudah di awal, namun lama - lama juga akan terbiasa.

Aku pun jadi teringat akan kuliah Sejarah Pemikiran Modern dulu, kenapa sih orang Indonesia kok cenderung suka dengan yang sama yang seragam? Mungkin hal itu dipengaruhi juga dengan sistem pendidikan di Indonesia yang mengharuskan menggunakan seragam dan secara tidak langsung juga mempengaruhi cara berpikir yang cenderung komunal. Dampak pengaruh sosialis kah? Entahlah, aku tidak ingin membahas terlalu dalam di sini. Mungkin di coretan lain waktu saja.

Terlalu lama berada di zona nyaman dan dikelilingi oleh orang - orang yang "sama" akan membuat kita menjadi enggan berbeda, enggan berubah dan enggan belajar. Belajar memperbaiki diri dan belajar memahami orang lain yang "berbeda". Hingga suatu hari, kuceritakan pada seorang sahabatku, bahwa aku mengagumi seseorang yang mirip denganku. Aku seperti melihat bayangan diriku padanya. Hey, bukankah hal tersebut adalah bukti keegoisanku? Seakan tergila - gila pada sosok bayangan diri tanpa menghiraukan kelemahan - kelemahannya, yang berarti juga menjadi kelemahanku. Sahabatku pun berkomentar, bukankah untuk sebuah hubungan yang lebih serius sebaiknya mencari yang "berbeda" agar dapat saling melengkapi?
Berbeda di sini adalah berbeda dalam sifat. Bukan dalam hal - hal yang  secara prinsipal memang harus sama.

Sejenak aku tersadar, benar juga. Akhirnya dapat kutarik sebuah kesimpulan,
"Adanya persamaan merupakan langkah awal untuk memulai. Di balik persamaan itu pasti tersimpan perbedaan. Tak ada seorang pun dii dunia ini yang benar - benar mirip. Bahkan Anak kembar sekalipun. tinggal bagaimana cara kita mengelola persamaan dan perbedaan tersebut agar dapat berharmonisasi secara bersamaan."
Hal ini tidak hanya berlaku dalam menjalani hubungan personal saja, namun juga hubungan dengan suatu komunitas dalam organisasi ataupun masyarakat.

Jangan takut menjadi berbeda dalam berekspresi. Setiap orang berhak mengeluarkan pendapatnya dan menjadi dirinya sendiri.
Jangan enggan belajar mencari persamaan dalam perbedaan.  "Unity in Diversity" Seperti tema PK2Maba FIB 2011 tahun lalu yang sangat berkesan.

18/10/2012 00.42

Sunday 14 October 2012

Indonesia Raya


Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

***
 National Anthem of Indonesia. Selama ini aku hanya mengumandangkan lagu Indonesia Raya ini ketika upacara bendera di sekolah ataupun pada saat upacara hari Nasional di balaikota. Tidak ada yang spesial ketika menyanyikannya atau mendengarkannya. Rasanya .... ya begitu - begitu saja. Biasa. Ah..mungkin aku yang kurang menghayatinya sepenuh hati. 

Namun...ketika memasuki bangku universitas, ketika statusku tak lagi seorang siswi, tapi menjadi mahasiswi, semua berubah. Semenjak bangku kuliah, tidak ada lagi ritual upacara bendera yang kuikuti demikian juga dengan lagu Indonesia Raya yang kudengarkan. Intensitasnya berkurang. Ketika intensitas kegiatan yang berhubungan dengan nasionalisme tersebut berkurang, justru aku mulai tertarik pada hal - hal yang mengandung sejarah, pergerakan, dan juga rasa nasionalisme. Semua itu kupelajari justru tidak di dalam kelas. Tetapi dalam kehidupanku sehari - hari, bagaimana seorang kawanku yang berwarga negara Prancis dengan bangganya mengibarkan bendera merah putih di puncak gunung dan menempelkan badge bendera merah putih pada tas ranselnya. Keingintahuannya terhadap budaya bangsa ini juga membuatku malu karena ternyata dia lebih paham ketimbang diriku yang sejak lahir sudah menghirup udara bumi pertiwi Indonesia. Kemudian aku juga belajar tentang pergerakan - pergerakan pahlawan yang menjadi inspirasi bagiku untuk ikut "bergerak" , aktif dan berani, setidaknya dalam lingkup kecil dahulu, lingkup komunitas di fakultas.

Saat itu, mungkin pertama kalinya sejak beberapa tahun aku menginjakkan kakiku di fakultas ini, diperdengarkan lagu Indonesia Raya. Kami pun turut menyanyikannya serentak, yakni pada saat pembukaan KOngres Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya yang dihadiri oleh segenap perwakilan dari LKM-LKM di FIB. Rasanya syahdu sekali setelah lama tidak menyanyikan serta mendengarkan alunan lagu ini. Hal ini merupakan ide kreatif dari seorang sahabatku yang juga aktif bersamaku di Dewan Perwakilan Mahasiswa FIB. "Biar seperti Kongres Pemuda waktu Sumpah Pemuda dulu", ujarnya. YA, lagu Indonesia raya ini pertama kali diperdengarkan adalah pada saat kongres Pemuda 28 Oktober 1928. Thanks guys ^^

Yang kedua adalah pada 09102012, ketika aksi damai yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa FIB yang tergabung dalam #FIBBersatu menuntut pada pimpinan dekanat untuk memenuhi hak - hak kami sebagai mahasiswa yang tak kunjung diberi. Tuntutan kami adalah : Mengembalikan uang praktikum yang selama ini kenyataannya tidak ada praktikum dan memberikan ruangan sekretariatan bagi Lembaga Kedaulatan mahasiswa FIB seperti BEM, DPM, Himpunan dann UKM. Pada saat itu, kami menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum mulai Long March dari gedung Samanta Krida menuju Fakultas. Saat itu pula koordinator aksi juga mengibarkan bendera merah putih. Saat itu pula semangat kami menyala, seperti warna merah pada bendera merah putih. Perjuangan pergerakan kami pun dimulai. Tak ada lagi ragu, tak ada lagi takut akan DO, semua menyatu yakin bahwa harapan akan slalu ada selama ada usaha. Orasi dan yel - yel kami dengungkan sembari menanti hasil negosiasi para dewan dengan dekanat tanpa tindakan anarkis. Ratusan mahasiswa FIB berbagai angkatan dari berbagai program studi memenuhi jalanan depan gedung dekanat dengan damai dan berbudaya. Berbagai rencana telah kami persiapkan dengan matang sebelum aksi ini dieksekusi. sebagai bagian dari otak aksi, aku merasa deg - degan, karena ini merupakan pengalaman pertamaku melakukan ini yang memang sejak tahun lalu ingin kulaksanakan. :D
Ternyata perjuangan kami beroleh hasil yang indah.. Para negosiator yang juga sahabat - sahabat karibku turun dengan wajah berseri - seri. Mereka mengatakan bahwa dekanat menyanggupi tuntutan kami setelah proses negosiiasi yang ruwet dan alot. Segera lagu "Totalitas Perjuangan" pun kami dendangkan bersamaan dengan teriknya mentari yang mulai membakar kami, semangat kami, dan harapan kami. Rasa haru bercampur bahagia terbuncah dari wajah kami, para aktivis dan mahasiswa FIB. Harapan selalu ada untuk mereka yang berani berusaha. 

Masih di Bulan Oktober juga, lagi - lagi kami menyanyikan lagu Indonesia Raya ini, yakni pada saat akan memulai kuliah tamu yang dihadiri oleh salah satu anggota DPR RI, Puan Maharani, cucu sang Putra Fajar di gedung Widyaloka. Saat itu, jujur saja badanku merinding dari awal sampai akhir lagu. Seakan jiwa para patriot bangsa bersatu dengan jiwaku. sensasinya luar biasa! Burrr... Rasa Nasionalisme itu seakan menyala kembali. spiritku terisi lagi sebagai anak bangsa. saat itu pula Bu Puan, menyampaikan dalam pidatonya tentang peranan generasi muda dalam perjuangan bangsa dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda. Bangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Tanah air yang satu, tanah air Indoensia. Bahasa yang satu, Bahasa Indonesia.  Beliau juga mengingatkan pesan kakeknya, sang Proklamator Ir. Soekarno : JAS MERAH. Jangan sekali - sekali melupakan sejarah. Sejarah adalah spion yang kita gunakan untuk menyongsong masa depan agar tak jatuh pada lubang kesalahan yang sama seperti di masa lalu. Benar - benar super!

ah... rasanya aku ingin mencari momen - momen lain untuk mengumandangkan lagu yang khidmat ini. Ingin rasanya bisa mengalami seperti cerita teman - temanku yang menyanyikan lagu Indonesia Raya di puncak Mahameru pada perayaan 17 Agustus, atau menyanyikan Indonesia Raya di negara orang pada saat perayaan 17 Agustus, atau seperti para atlet nasional, sebelum pertandingan dimulai di kancah internasional. Memanggul nama negeri, mengharumkan nama bangsa, membuat bangga ibu pertiwi dan wujud bakti pada negeri sendiri. Semoga suatu saat nanti giliranku kan tiba ^^ 

14102012 @ 12.32 pm


Sunday 7 October 2012

Mengapa menulis?


   “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tdak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”  (Pramoedya Ananta Toer). 

Menulis membebaskanku. Membesarkanku. Memberanikanku. Aku menulis untuk membaca kehidupan. Aku menulis untuk berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis untuk menjadikanku manusia. Aku menulis untuk membunuh malam. Aku menulis untuk memaknai hidup. Aku menulis untuk bersyukur. Aku menulis karena menulis menyembuhkan. Aku menulis untuk merapikan masa lalu. Aku menulis karena kata - kata bisa menguatkan. aku menulis untuk menggali hati nurani. Menulis adalah meditasi. (Iwan Setyawan, Penulis 9S10A dan Ibuk)

Menulis adalah kegemaran sebagian besar orang. Bahkan kini menulis telah menjadi profesi yang cukup menjanjikan. Banyak sekali penulis – penulis terkenal yang menjadi millionaire sebagai efek dari buku – buku yang mereka tulis terjual berjuta – juta kopi di seluruh dunia dan diterjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa, sebut saja J.K Rowling dengan serial Harry Potter nya atau penulis Indonesia yang meledak dengan tetralogi Laskar Pelanginya, Andrea Hirata. Apalagi setelah novel – novel best seller mereka difilmkan dan meraih sukses serta keuntungan yang luar biasa. Wow! Siapa yang tak ingin seperti itu?  Semua orang pasti ingin. Produktif, karya-karyanya diterima oleh masyarakat, terkenal dan juga kaya. Perlu kita ingat, mereka tidak begitu saja tiba – tiba terkenal. Kerja keras dan perjuangan mereka sangat besar, dan mereka layak untuk mendapatkan itu semua. Sebenarnya kegigihan dan perjuangan mereka itulah yang mahal. Dan dari merekalah..para penulis – penulis besar itu, aku belajar dan terinspirasi.
Aku menyukai dunia tulis – menulis sejak SD. Pada saat itu, pelajaran yang aku sukai adalah Bahasa Indonesia terutama pada bagian mengarang. Masih teringat jelas, setelah liburan sekolah usai, guru Bahasa Indonesia ku memberi tugas untuk membuat karangan tentang liburan sekolah. Saat itu, ceritaku masih sangat sederhana, kalau tidak pergi ke rumah nenek di desa, ya liburan di rumah saja. Maklum, ketika liburan sekolah, kedua orang tuaku harus bekerja, dan impian liburan ke pantai, gunung, kota lain harus dikubur perlahan – perlahan. Namun demikian aku senang, liburan di desa menjadi hal yang luar biasa untuk kukenang saat ini. Berkumpul dengan kakek, nenek, saudara sepupu yang juga sama – sama liburan, pergi ke sawah, sungai, berpetualang, mencari belalang, mendengarkan dongeng dari kakek sebelum tidur. Ah.. indah sekali, dan tanpa kusadari, hal – hal tersebut menjadi inspirasiku saat ini. ^^
Kegiatan menulis tak pernah terlepas dari kegiatan membaca. Membaca menjadi hobiku sejak aku bisa mengeja kata. Aku sangat berterima kasih kepada guru TK ku, Bu Endang, Bu Asmuda dan Bu Richanah yang telah mengenalkanku pada aksara. Tak lepas pula peran Bapak dan Ibu yang selalu membelikanku majalah anak – anak dan buku – buku dongeng yang full colour juga permainan abjad yang menarik. Informasi dalam buku – buku tersebut memberiku banyak wacana yang tersimpan di brain storage yang sampai saat ini kugunakan sebagai amunisi untuk menulis. Sayang kini semuanya sudah hilang satu per satu.
Usia tampaknya berpengaruh pada sumber bacaan dan pola pikir kita. Masa – masa SD, buku – buku dongeng, fabel dan majalah anak – anak, seperti Bobo, Mentari, Aku Anak saleh dan Ina lah yang menemaniku menghabiskan waktu. Masa – masa SMP mulai membaca novel ringan seperti teenlit dan juga serial Harry Potter yang membuat imajinasi semakin subur. Sejak saat itu aku mulai untuk menulis diary. Dan aku sangat bersyukur, kebiasaanku menulis diary ini membawa dampak baik di masa depan. Kemudian masa – masa SMA, sudah mengarah pada novel – novel yang agak tebal seperti Tetralogi Laskar Pelangi, 5 cm,  KCB, AAC dll. Dan kecintaanku pada karya sastra semakin dalam dan tersalurkan semenjak aku menjadi siswa kelas Bahasa SMAN 1 Malang. Di sini aku menemukan keluarga yang juga mencintai membaca dan menulis. Apalagi saat di SMA ini, aku mulai mengenal berbagai bahasa selain Indonesia dan Inggris. Ada mandarin, perancis, jerman, arab dan jepang. Dan dari sinilah petualanganku di ranah bahasa dan sastra dimulai yang nantinya aku berharap akan menjelajahi tanah asal bahasa – bahasa tersebut.
Menginjak bangku kuliah, aku senang sekali memiliki banyak teman pecinta sastra dan bahasa. Ya aku menjadi mahasiswi Bahasa dan sastra Prancis. Kebiiasaan menulisku ini banyak membantu dalam mengerjakan tugas – tugas yang diberikan dosen. Kegiatan menuliskupun tak hanya seputar sastra. Sejak bergabung dengan Lembaga Pers Mahasiswa Fakultas, aku belajar menulis berita, reportase, esai, editing, dan layouting. Bergabung bersama orang – orang kritis dalam lembaga ini sedikit demi sedikit mengubah pola pikirku untuk lebih analitis dan kritis. Namun demikian, aku masih mempunyai ruang untuk menulis sastra ketika bergabung dengan Komunitas Mata Pena. Sayangnya aku tidak dapat berkontribusi banyak di sini karena di sisi lain aku mempunyai tanggung jawab dan kewajiban mengurus organisasi lainnya.
Saat ini aku lebih menyukai karya – karya sastra yang mengajak berpikir lebih, buku perjalanan, dan karya sastra yang mengandung motivasi. Seperti serial supernova, buku – buku tere liye, buku – buku Dewi Lestari, Fahd Djibran, dan lain – lain. Semua benar – benar menginspirasiku. Apalagi setelah aku bergabung dalam goodreads. Jejaring sosial untuk para pecinta buku.  Di sana, kita bisa memberi penilaian buku apa saja yang kita baca, mereviewnya, membaca synopsis buku yang ingin kita baca, atau berdiskusi dengan para pecinta buku lainnya.
Kawan, pernahkah mendengar tentang teori motivasi, ketika kita menginginkan sesuatu, kita harus bergerak menuju hal tersebut hingga kemudian, semesta pun berkonspirasi untuk mewujudkannya. Ini nih lebih tepatnya “And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.” The Alchemist,  page 23, by Paulo Coelho.
Nah, menjadi seorang penulis buku adalah cita – citaku. Untuk menjadi seorang penulis aku pun ingin bertemu dan menimba ilmu dari penulis – penulis dan seniman favoritku yang karya – karyanya selalu bisa menginspirasiku untuk menulis. Beberapa di antaranya tanpa kusadari telah terwujud dan aku bersyukur karenanya.  Baik yang dipertemukan dalam suatu forum kepenulisan atau hanya sekedar booksigning, hal tersebut merupakan suatu kebahagiaan buatku. Aura positif mereka menular. Mereka adalah :
-          Habiburrahman El Shirazy atau yang akrab disapa Kang Abik. Saat itu aku bertemu dengan beliau dalam acara SMAN 3 Malang di aula skodam pada tahun 2008 dalam rangka bedah buku Ayat – Ayat Cinta. Sayang sekali pada saat itu aku lupa membawa bukunya untuk ditandatangani.
-          Afifah afra, Penulis yang aktif di FLP ini kukenal lewat karya – karya islaminya yang sering kubaca ketika SMP. Kami bertemu di FIB dan beliau diundang oleh Kerohania Islam FIB (GenQ) pada 2009.
-          Boim Lebon, penulis yang punya gaya penulisan kocak ini adalah penulis Lupus, novel dan film kocak jaman SD. Kami dipertemukan dalam forum kepenulisan yang diadakan oleh mahasiswa FPIK UB pada 2010. Dan lagi – lagi saya lupa membawa bukunya untuk ditanda-tangani.. :(
-          Sujiwo Tejo. Siapa yang tak kenal dengan seniman nyentrik ini ? Karya – karya dan pemikirannya yang “nyleneh” membuatku harus berpikir dengan cerdas untuk menelaahnya. Dan dari beliau aku belajar tentang khasanah budaya jawa seperti wayang. Kami bertemu dalam sarasehan budaya yang diselenggarakan oleh BEM FIB dalam rangkaian Parade Budaya.
-          Ahmad Fuadi. Penulis yang melambung namanya lewat kisah inspirasi Negeri 5 Menara ini luar biasa. Semangat Man Jadda wa jada yang dijadikan tagline dalam karya – karyanya ini mampu memotivasi para penikmatnya. Kami bertemu dan dalam seminar yang diadakan oleh BEM FTP UB pada 2011. Di sini beliau banyak berbagi tentang tips memperoleh beasiswa ke luar negeri. Beliau pernah mendapatkan 8 beasiswa ke luar negeri. klik di sini
-          Dewi Lestari. Bahagia sekali bertemu dengan penulis wanita multi-talented ini. Kami bertemu di Gramedia Matos dalam acara booksigning Supernova Partikel pada 2012.  Sudah lama sekali aku ingin bertemu dengan beliau karena aku sangat terkesan dengan karya – karyanya. Sangat menginspirasi. Dalam kesempatan ini tidak ada talkshow, hanya sesi booksigning dan foto. Wow..sore itu hall gramedia dipenuhi oleh para penggemarnya. Selain itu, beliau juga menyempatkan untuk menulis beberapa kata motivasi untuk ku :



dewi lestari and I :)


pertikel's book signing
-          Putu Wijaya. Seniman senior ini diundang oleh BEM FIB UB dalam rangka parade Budaya 2012. Sebelum bertemu beliau, jujur saja aku tak mengenal karya beliau. Hanya tahu namanya saja, jadi aku putuskan untuk membaca salah satu novelnya sebelum datang ke acara sarasehan dengan beliau malam itu. Benar – benar sarasehan yang menarik, hal ini pernah kusinggung dalam klik di sini
-          Darwis Tere Liye. Penulis beberapa novel best-seller ini pembawaannya santai dan low profile. Novel fenomenalnya yang kemudian difilmkan adalah “Hafalan Surat Delisa”. Kami bertemu dalam forum kepenulisan yang diadakan oleh LPM Diagnostika FK UB pada 2012. Dari beliau aku banyak belajar tentang pemahaman dalam menulis. >> klik di sini
vera, aku, hiday dan tere liye
Sebenarnya masih banyak penulis – penulis yang ingin saya temui, seperti Andrea Hirata, Andre Budiman, Donny Dirgantoro, Adenita, Tasaro GK, Iwan Setyawan dll. Semoga suatu saat bisa bertemu dengan mereka atau bahkan aku juga ingin bisa bertemu dengan JK Rowling, Paulo Coelho dan Christoper Paolini.
Yang jelas, buatku, menulis adalah berbagi, terapi dan juga prestasi.  Semoga akan terwujud suatu hari nanti.Amiin ^^

07102012 @ 6.43 am

Catatan penting “Inspiring Writing Class with Tere Liye”


-          Penulis yang baik adalah yang tak peduli dengan komentar baik atau buruk
-          Memulai menulis dengan ;
1.       Mencari sudut pandang yang special / yang berbeda dengan cara terus berlatih dan jangan pernah berkata kehabisan ide.
2.       Menulis butuh amunisi.
Bagaimana kita mengisi “gelas” yang kosong kalau “teko” nya kosong?
Maka penulis harus melakukan hal ini :
                + Membaca
                + mengamati
                + mencatat
                + mengumpulkan
                + merekonstruksi
        Atau bisa juga dengan cara membuat daftar sinonim kata
3.       Tidak ada tulisan yang buruk dan tulisan yang bagus, yang ada hanya tulisan yang relevan atau tidak dengan perasaaan pembaca. Novel yang paling laris pun tetap ada yang tidak suka karena semua hanya soal SELERA.
4.       Gaya bahasa adalah kebiasaan. Tulis saja kalimat pertama muncul dari diri sendiri. Menggunakan analogi  tips memasak ibu. Tidak ada rumus yang benar – benar baku, tapi takaran untuk memasaknya pas dan kebiasaannya, begitu pun dengan menulis.
5.       Mulailah dari TULISAN KECIL, PENDEK, tapi BERTENAGA. SEDERHANA tapi BERMANFAAT.
Perbanyak posting untuk portofolio.
6.       Perbedaan besar penulis besar adalah terletak pada kebiasaan untuk latihan, latihan, latihan dan latihan. Menulislah karena SENANG. Lakukan yang terbaik, maka semua hal yang kita inginkan akan datang.

Note : Tak mengapa tulisan yang kita posting di blog tidak ada yang mengomentari, barangkali di suatu tempat sana, ada seseorang yang membaca tulisan kita dan ternyata tulisan kita sangat bermakna baginya memiliki relevansi dengan perasaannya, bahkan mampu membangkitkan semangatnya untuk bertahan hidup. Kita tak akan pernah tahu. 1 tulisan yang mampu menyelamatkan hidup sebuah nyawa atau memberi inspirasi hidup  lebih berarti daripada tulisan – tulisan best – seller yang tidak bisa menginspirasi.
Produktif berkarya yang bermakna dan bermanfaat! SEMANGAT!
SELAMAT MENULIS!! ^^
07102012 @ 8.55 am