Thursday 27 October 2011

Peranan Penyesuaian Latar Abad Pertengahan untuk Penonjolan Karakter dalam Film Tristan dan Isolde



Film Tristan dan Isolde adalah sebuah film yang ceritanya diangkat dari sebuah roman berlatar abad pertengahan. Karya sastra roman ini ternyata memiliki berbagai macam versi. Salah satunya adalah film Tristan and Isolde yang diperankan oleh James Franco (Tristan), Sophie Myles (Isolde) dan Rufus Sewell (Lord Marke). Film ini menceritakan tentang Tristan, seorang ksatria Kerajaan Inggris, yang diselamatkan oleh Isolde, putri Kerajaan Irlandia. Tristan telah dianggap mati karena terkena racun pada saat peperangan dengan kerajaan Irlandia. Isolde menolong Tristan yang terdampar di Kerajaan Irlandia untuk pulih kembali secara sembunyi – sembunyi tanpa mengetahui bahwa Isolde adalah putri Kerajaan Irlandia. Dari situlah kisah cinta Tristan dan Isolde bermula hingga akhirnya Tristan harus kembali ke Inggris karena ia sudah tidak aman lagi berada di Irlandia. Lord Marke menyambut Tristan dengan suka cita karena telah menganggap Tristan sebagai anaknya sendiri. Hingga suatu hari, Raja Irlandia mengadakan sayembara, barang siapa yang menjadi pemenang berhak mendapatkan putri dan sebuah wilayah miliknya. Tristan pun menang atas nama Lord Marke. Alangkah terkejutnya ketika mengetahui gadis yang dicintainya harus menjadi istri Lord Marke. Sejak saat itulah kisah Tristan dan Isolde semakin rumit dan muncul berbagai konflik. Tristan harus memilih antara cinta atau kesetiaanya pada Lord Marke.

Sebagai film yang diangkat dari roman abad pertengahan, Tristan dan Isolde harus dapat menampilkan setting tempat dan suasana abad pertengahan. Usaha untuk menghadirkan kembali latar suasana abad pertengahan yang sebenarnya di zaman modern ini bukanlah suatu perkara yang mudah. Mulai bentuk rumah, kastil, pakaian, bentuk perkampungan, transportasi yang digunakan hingga perlengkapan aksesoris. Namun demikian, film ini dapat dikatakan telah dapat mengajak penonton untuk kembali pada zaman kerajaan dan ksatria.

Pengambilan gambar latar tempat dan pemandangan dalam film ini sudah bagus, baik pemandangan alamnya maupun pemandangan suasana masyarakatnya. Pemandangan alamnya seperti laut dengan tebing – tebingnya, hutan – hutannya, sungai – sungainya mampu memberikan kesan bahwa tempat tersebut masih alami. Penggunaan kastil asli juga merupakan salah satu sarana untuk mendukung terciptanya suasana kerajaan di wilayah Inggris dan Eropa Utara pada masa lampau yang terkesan gagah, kokoh dan elegan. Suasana masyarakat abad pertengahan tampak pada setting pasar dan pada gelanggang pertarungan sayembara yang diadakan oleh Raja Irlandia. Sebagian lain banyak menggambarkan suasana kehidupan istana, seperti pada saat pesta pernikahan Isolde dan Lord Marke dan pada saat pesta penyambutan Raja Irlandia. Selain latar suasana, kostum yang digunakan oleh para tokoh juga tak kalah penting untuk mendukung karakter masyarakat pada masa itu. Untuk kostum laki – laki petarung berbadan gagah dengan baju tunik dan pedang, wanita – wanita dengan gaun panjang yang memberikan kesan sederhana namun anggun, anak – anak dengan celana dan baju panjang, serta prajurit istana memakai baju dengan rompi besinya yang terkesan gagah dan kuat. Peralatan kehidupan sehari – hari seperti transportasi dan aksesoris juga memberikan peranan penting dalam menciptakan kesan “masa lampau” . Transportasi yang digunakan adalah kereta kuda, kuda, perahu serta kapal. Demikian juga mengenai aksesoris pun tak lepas dalam memberikan penekanan akan kesan tradisional. Ketika Isolde menginginkan sebuah cincin, Tristan memberinya sebuah benda yang tampaknya lebih mirip gelang terbuat dari akar – akaran daripada cincin seperti pada umumnya. Bahkan uang logam yang digunakan untuk undian pun adalah logam yang bergambar tanpa ada nominalnya.

Hal – hal di atas merupakan contoh sarana pendukung drama yang sangat berpengaruh terhadap penciptaan sebuah karakter dan pencitraan tentang zaman dan tempat di mana cerita tersebut terjadi terutama untuk cerita yang berhubungan erat dengan sejarah (historical fiction). Untuk itu perlu adanya penyesuaian latar yang detail agar tidak terjadi tabrakan budaya antar zaman. Namun demikian perlu menjadi catatan tersendiri bahwa meskipun historical fiction berhubungan erat dengan sejarah (history), kedua hal tersebut tetaplah berbeda karena pengarang bebas memasukkan unsur – unsur drama lainnya seperti tokoh dan alur tanpa harus terikat oleh sejarah.

Tugas I Pengkajian Drama

No comments:

Post a Comment